Hot Posts

10/recent/ticker-posts

PANDAI BESI JABAR DIANTARA BILL MORAN DAN YOSHIDO YOSHIRA


 PANDAI BESI JABAR DIANTARA BILL MORAN DAN YOSHIDO YOSHIRA


TASIKMALAYA – TGN

Jika merujuk pada bukti – bukti arkeologi berupa artefak logam yang ditemukan di berbagai daerah di tanah air menunjukan bahwa para leluhur Indonesia sudah menguasai teknologi dan proses pengerjaan logam sejak dahulukala. Pendekatan Etnoarkeologi dapat dilakukan untuk merekonstruksi teknologi tempa logam di masa lalu tersebut. Etnoarkeologi adalah penelitian yang dilakukan menggunakan perspektif arkeologi tentang budaya material berdasarkan informasi lisan tentang artefak yang diperoleh dari orang yang berhubungan langsung dengan artefak tersebut atau keturunan langsung dari mereka. Studi etnoarkeologi memiliki tujuan untuk memberikan gambaran rekonstruksi tentang masa lalu melalui peninggalan – peninggalan yang masih dijumpai dan dipergunakan hingga saat ini oleh sekelompok masyakarakat.


“ Untuk itulah GENPPARI memiliki atensi khusus terkait pendampingan bagi para pengrajin pandai besi ini, tidak sekedar dilihat dari perspektif ekonomi untuk masa depan mereka semata. Termasuk juga pendekatan sejarah untuk mengungkap luhurnya budaya leluhur kita dalam penguasaan ilmu metalurgi, khususnya ilmu tempa (forging) dengan menghasilkan aneka produk senjata yang diperlukan pada saat itu. Ini menyangkut budaya bangsa dengan peradaban luhur sejak dulu. Bukti – bukti otentiknya bisa terlihat dari berbagai peninggalan artefak logam. Di sinilah ilmu etnoarkelogi bisa membuktikan semua karya luhur budaya leluhur Indonesia “, ujar KETUM GENPPARI  Dede Farhan Aulawi yang juga seorang ahli metalurgi di Cikalong Tasikmalaya, Senin (11/1).


Selanjutnya Dede juga menambahkan bahwa dalam proses pembentukan logam ada berbagai cara, antara lain proses pengecoran (casting), proses penempaan (forging), proses ekstrusi, pengerolan logam dan sebagainya. Mengingat banyaknya klasifikasi proses penempaan dan proses pendinginan, maka saat ini GENPPARI mendampingi para pandai besi konvensional (tempa palu). Dimana proses tempa palu ini digunakan para pengrajin di kecamatan Cikalong Tasikmalaya untuk pembuatan aneka produk senjata seperti pisau, golok, pedang, celurit, arit, kujang dan lain – lain sesuai dengan pesanan (tailor made). Jadi proses penempaan ini merupakan proses pengerjaan logam menjadi bentuk yang berguna dengan menggunakan palu atau penekan. Ujar Dede.


Kemudian Dede juga menjelaskan bahwa dalam proses tempa konvensional pada umumnya logam yang akan dibentuk dipanaskan terlebih dahulu lalu dipukul – pukul agar membentuk produk yang diinginkan. Lalu didinginkan dalam suatu media tertentu, seperti udara, air, atau oli. Setiap pilihan tentu ada maksud tertentu. Semua proses tersebut disebut perlakuan panas (heat treatment) yaitu suatu proses pemanasan dan pendinginan logam dalam keadaan padat untuk merubah sifat – sifat fisik logam tersebut. Baja dapat dikeraskan sehingga tahan aus dan kemampuan memotong meningkat, atau dilunakan untuk memudahkan permesinan. Melalui perlakuan panas yang tepat, tegangan dalam dapat dihilangkan.

Posting Komentar

0 Komentar