Indramayu-TGN
Ada sebagian pendapat bahwa kata berokan berasal dari kata "barokahan" (keselamatan)...
Namun nampaknya keterangan tersebut hanya sebuah kirata (bahasa Sunda, yang artinya dikira2 namun tampak nyata), sebuah gejala yang umum terjadi di dalam penamaan jenis seni rakyat dan ada yang Berpendapat (putra gebang sawit) bahwa Berokan adalah pengumpamaan / gambaran dari Seekor Hewan yang dapat Menyerap bahkan mengusir Aura Negatif yang bersemayam dirumah2 pemukiman warga.
Bahkan kebanyakan aura negatif tersebut sudah lama bersemayam didalam tubuh manusia, Hewan Tersebut adalah KUCING,
Menurut tuturan riwayat yang diwariskan secara turun temurun di kalangan senimannya, bengberokan adalah warisan Pangeran Korowelang atau Pangeran Mina, seorang penguasa laut Jawa di wilayah Cirebon dan Indramayu.
Namun terdapat pula tuturan yang juga diwariskan di kalangan seniman berokan, bahwa berokan merupakan kreasi Mbah Kuwu Pangeran Cakrabuana, ketika menyebarkan syiar Islam ke wilayah Galuh, sebagaimana yang dilakukan oleh para wali, menggunakan pertunjukan sebagai media syiar agama, ditujukan agar dapat mudah diterima lingkungan budaya pada saat itu.
Seniman Berokan yang masih bertahan sampai saat ini adalah Group mang Darwan Cs yang berada di Blok Pilangsari Desa Jatibarang baru Kecamatan Jatibarang Indramayu.Dari hasil lukisan itu ada bentuk kapala ikan tanpa badan...
Maka untuk menyempurnakanya dibuatlah barong kapala ikan, dengan dilengkapi samping dari kulit kambing dan badannya terbuat dari karung goni...
Wujud baru ini diberi nama” Rongrong Barong” yang artinya rorong itu tempat ikan tinggal (ada)...
Akhirnya Rongrong Barong itu,difungsikan untuk pertunjukan...
Pada perkembangannya Rongrong Barong itu berubah nama menjadi Berok atau Berokan.
Setelah beberapa lama berpikir , ahirnya Prabu Parikesit menemukan strategi untuk mengatasi hal ini...
Maka dipanggilah seorang putranya dan diprintahkannya untuk membuat sebuah lukisan hutan beserta isinya, yag dipasang di perbatasan Kerajaan Amarta
Strategi ini ternyata berhasil mengelabui musuh. Maka kembali Prabu Parikesit menyuruh seorang putranya untuk membuat lukisan laut beserta isinya.
Pada saat Prabu Parikesit menjadi Raja Amarta, keadaan Negara di ambang kehancuran gangguan keamanan dan wabah penyakit terus berdatangan,
Prabu Parikesit merasa kebingungan untuk mengatasinya diketahui seni berokan lahir pada masa Prabu Pari Kesit menjadi Raja Amarta.
(Red/fppt)
0 Komentar