Hot Posts

10/recent/ticker-posts

Seniman Berokan Mendapat Perhatian Dari Wakil Ketua DPRD

Foto:Muhammad Sholihin, S Sos.I 

Indramayu|Time Global News
Desember|21|2019
KEDOKAN AGUNG - INDRAMAYU
Wakil Ketua DPRD kab.Indramayu Muhammad Sholihin, S Sos.I mengunjungi dan bersilaturahmi dengan Seniman Berokan di desa kedokan Agung,kab Indramayu.(21-12-19)

Bentuk yang menyerupai buaya dilengkapi samping dari kulit dan badannya terbuat dari karung goni, membuat wujud Berokan eksotis dan menarik untuk dilihat.
Berokan adalah kesenian khas Indramayu dan sebagian wilayah Cirebon. Seni ini dimainkan oleh seorang yang bertindak sebagai pemain inti dengan menggunakan pakaian yang terbuat dari karung goni ditambah dengan ijuk dan serpihan tambang dan kaca, dengan kepala yang terbuat dari kayu yang mulutnya bisa digerakan buka tutup sehingga menimbulkan bunyi plak... plak.. plok….. Warna kedoknya merah dengan mata besar yang menyala, ekornya terbuat dari kayu yang dicat belang-belang merah. Dalam mulut pemainnya ada semacam pluit (disebut sempritan dalam bahasa Indramayu) yang terbuat dari bambu atau plastik.

Menurut tuturan riwayat yang diwariskan secara turun-temurun di kalangan seniman,Berokan adalah warisan Pangeran Korowelang atau Pangeran Mina, seorang penguasa laut Jawa di wilayah Cirebon dan Indramayu.Namun terdapat pula tuturan yang juga diwariskan di kalangan seniman berokan,bahwa berokan merupakan kreasi Mbah Kuwu Sangkan atau Pangeran Cakrabuana,ketika menyebarkan syiar Islam ke wilayah Galuh, sebagaimana yang dilakukan oleh para wali, dalam menyebarkan agama Islam menggunakan pertunjukan sebagai media syiar agama, ditujukan agar dapat mudah diterima dilingkungan budaya pada saat itu.
Ada pendapat bahwa kata berokan berasal dari kata "barokahan" (keselamatan).

Namun nampaknya keterangan tersebut hanya sebuah kirata (bahasa Sunda, yang artinya dikira-kira namun tampak nyata), sebuah gejala yang umum terjadi di dalam penamaan jenis seni rakyat.
Bentuk berokan yang dekat dengan bentuk-bentuk mitis totemistik dari binatang seperti buaya, wajah raksasa, dll., menunjukkan adaptasi budaya pada saat tersebut.

Pertunjukan berokan ini sangat populer di wilayah Cirebon dan Indramayu. Pada awalnya dilakukan sebagai bagian dari upacara ruwatan dalam menanggulangi pageblug (epidemi penyakit), ritual saat menempati rumah baru, dll. Namun, dewasa ini pertunjukan berokan sudah jarang sekali dijumpai boleh dikatan hampir punah, tidak seperti tari topeng yang sekarang sudah banyak sanggarnya sebagai revitalisasi budaya.

Muhammad Sholihin mengatakan " Seni Budaya warisan leluhur dan kearifan lokal ini harus terus di lestarikan dan Pelaku pelaku Seni Budaya patut mendapat perhatian dari pemerintah daerah,agar generasi generasi selanjutnya ( pra generasi ) dapat turut serta menyaksikan,menjaga serta melestarikan Seni Budaya warisan Leluhur ini " Lebih sulit menciptakan dari pada melestarikan tegas Sholihin

cecep/red

Posting Komentar

0 Komentar