INDRAMAYU,timeglobalnews.net,Menyambut malam satu Suro yang bertepatan dengan tanggal 10 September 2018, dua orang Pegiat Pusaka Indramayu melakukan refleksi diri dengan berziarah ke makam Raden Banggala (Wiralodra IV), Raden Banggali (Wiralodra V), dan Raden Semangun (Wiralodra VI) yang berlokasi di desa Pecuk Kecamatan Sindang Indramayu.
Setelah dari lokasi tersebut ziarah pun kemudian bergerak menuju ke Desa Darmayu Kecamatan Sindang Indramayu untuk berziarah ke Makam Raden Krestal (Wiralodra VII) dan Raden Marngali (Demang Bei/Ngabehi). Keesokan harinya, (Selasa 11 September 2018) Komunitas Pusaka “Astadharma” (Ajang Silaturahmi Tosan Aji Dharma Ayu) berniat mengadakan kegiatan silaturahmi antar pegiat pusaka dan jamasan Pusaka koleksi masing-masing anggota komunitas.
“Jamasan Pusaka kali ini bertujuan untuk memupuk kembali jalinan silaturahmi antar para pegiat Pusaka setelah beberapa tahun sempat vakum dikarenakan beberapa anggotanya sibuk membantu Kegiatan-kegiatan Gedong Pancaniti (Pusaka Trah Wiralodra) ” ungkap Supriyatna salah satu penggagas komunitas Pusaka sejak tahun 2012 silam.
Menurut Supriyatna kembali, selain bertujuan menjalin silaturahmi juga ingin merealisasikan aspirasi beberapa generasi muda yang memang memiliki hobi di bidang Pusaka untuk membentuk sebuah wadah bersama, kegiatan ini pun terjadi secara begitu saja spontanitas sebagai bentuk respon budaya dalam menyambut tahun baru Islam.
Pagi itu Supriyatna ditemani Iskandar memulai kegiatan dengan mengambil air untuk digunakan pada jamasan pusaka dari 7 (tujuh) sumber. Sumber tersebut kebanyakan diambil dari sumur-sumur tua yang selalu ada airnya dan dianggap sakral oleh masyarakat setempat. Ketujuh sumber air tersebut dimulai dari Sumur Lemah Abang, Sumur Masjid Pusaka Dermayu, Sumur Astana Bojong, Sumur Widadari, Sumur Pesarean ki Gede Penganjang, Sumur Pesarean Wiralodra I dan terakhir diambil dari unsur air Sungai Cimanuk.
Pada saat perjalanan mengambil air dari sumur-sumur keramat terjadi peristiwa yang unik, peristiwa tersebut pada saat mengunjungi situs Pesarean (Makam) Ki Gede Paoman. Ada sebuah Pedang (bedog dalam bahasa sunda) yang diletakan didekat Pohon kompleks makam. Lalu saat diperiksa pedang tersebut tiba-tiba Sang Kuncen yang seorang wanita tua langsung berkata “Cung seneng? Baka seneng sok gawaen bae” (nak suka? Kalo suka silahkan bawa saja).
Maka pedang tersebut menjadi inventaris pertama yang akan dirawat Untuk Komunitas Pusaka Astadharma dengan tetap memberikan keterangan asal usul diperolehnya. Pedang atau golok tersebut berjenis Pedang Cis berkesan ramping lurus dan tajam biasa dipegang oleh para Ulama dan Kyahi. Hulunya berjenis ceker kidang (kaki rusa) berbahan kayu, warangkanya terbuat dari rotan belahan yang direkatkan dengan simpay (ikatan srangka) berbahan rotan juga. Kondisi bilah pedang berkarat dan perlu pembersihan.
Tepat pukul 14.00 WIB beberapa anggota Komunitas Pusaka Astadharma dan beberapa rekan-rekan dari Dewan Kesenian Indramayu (DKI) mulai berkumpul di kediaman Supriyatna di Jalan Mayor Sastra Atmadja Kecamatan Margadadi Indramayu. Total Pusaka yang dibawa ke lokasi Jamasan berjumlah sekitar 37 buah pusaka terdiri dari koleksi Iskandar 3 buah pusaka, koleksi Tinus 1 buah, koleksi Supriyatna 16 buah, koleksi Iwan 9 buah, koleksi Ahmad 7 buah dan koleksi Teja 1 buah.
Adapun Jenis pusaka yang dijamasi mulai dari keris, badik, pedang dan kujang. Dalam gerakan pelestarian di bidang kebudayaan khususnya kepusakaan, Disbudpar Indramayu secara struktural telah mengakomodir dengan adanya Bidang Kebudayaan yang membawahi Kasi Kesenian, Kasi Sejarah dan nilai tradisi, Kasi Museum dan Kepubakalaam (Muskala), dimana tentang Kepusakaan menjadi naungan Kasi Muskala.
Anggota komunitas Astadharma dan Dewan Kesenian Indramayu (DKI) sedang berbincang membahas tentang pelestarian Pusaka sebelum acara Jamasan Pusaka.
Diharapkan ke depan peran aktif dari generasi muda dalam mengapresiasi dan melestarikan Pusaka, tutur Tinus staf Muskala dan Jarahnitra Bidang Kebudayaan Disbudpar Indramayu kepada Kerisnews.com dalam sambutannya sebelum acara jamasan dimulai. Sedangkan menurut Ketua Dewan Kesenian Indramayu Sihabudin Lebe mengharapkan pemerintah daerah untuk membuat aturan tata cara yang baik untuk acara pencucian pusaka. Harapannya acara pencucian pusaka bisa berjalan secara sakral dan dihadiri masyarakat luas, sebagai bentuk edukasi dan pengenalan budaya terhadap proses pencucian pusaka.
Adapun proses jamasan pusaka dimulai dengan ritual doa-doa dengan tujuan agar air kembang yang telah disiapkan dapat meningkatkan energi Pusaka yang lemah, memunculkan energi positif untuk pusaka yang kurang baik dan memberikan kebaikan bagi pemiliknya. Satu persatu masing-masing anggota Komunitas mengguyurkan air kembang yang telah didoakan oleh sesepuh lalu dikeringkan, setelah bilah Pusaka kering kemudian diolesi minyak Khusus dengan membacakan doa sesuai tujuan masing-masing lalu dimasukkan kembali ke warangkanya masing-masing.
Jamasan Pusaka ini pun menandai kembalinya semangat komunitas Pusaka Indramayu untuk berpartisipasi dalam rangka apresasi dan pelestarian budaya Tosan Aji Nusantara.
Penulis : sutrisno/tinus
0 Komentar